Perdarahan Pasca Persalinan Serta Cara Penanganannya

Posted on

Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan normal terjadi jika darah yang keluar masih dalam batas wajar dan disebut dengan lochia. Namun, jika terjadi kehilangan darah yang sangat banyak hingga lebih dari 500cc dalam 24 jam setelah melahirkan merupakan suatu kondisi yang abnormal atau tidak normal.

Perdarahan pasca persalinan yang tidak normal ialah perdarahan yang keluar dari jalan lahir segera setelah persalinan secara berlebihan. Dalam istilah medis kondisi ini disebut dengan postpartum hemorrhage. Perdarahan pasca melahirkan yang abnormal perlu mendapat penanganan secepatnya karena berpotensi menimbulkan komplikasi serius, bahkan dapat menyebabkan kematian pada wanita yang melahirkan.

Penyebab Perdarahan Pasca Persalinan

Saat proses persalinan, otot rahim secara alami akan berkontraksi dan mendorong keluar plasenta dari dalam rahim. Setelah plasenta berhasil keluar, kontraksi pada rahim bertujuan untuk menghentikan perdarahan dengan menekan pembuluh darah di dinding rahim bekas melekatnya plasenta (ari-ari). Pada perdarahan yang normal, darah secara berangsur akan berkurang dan akhirnya berhenti dalam beberapa minggu setelah melahirkan. Namun, jika terjadi gangguan, perdarahan dapat terus terjadi dengan jumlah yang berlebihan.

Berdasarkan penyebabnya, perdarahan tidak normal pasca persalinan terbagi menjadi dua jenis, yaitu perdarahan pasca persalinan primer dan sekunder. Berikut penjelasannya:

  • Perdarahan pasca persalinan primer

Perdarahan pasca persalinan primer terjadi dalam 24 jam pertama usai melahirkan. Umumnya, perdarahan ini disebabkan oleh otot rahim yang lemas (atonia uteri), tapi bisa juga karena retensio plasenta, luka robek pada rahim, leher rahim, atau vagina, serta gangguan pembekuan darah.

  • Perdarahan pasca persalinan sekunder

Perdarahan pasca persalinan sekunder terjadi setelah 24 jam hingga 6 minggu pasca persalinan. Umumnya, kondisi ini diakibatkan oleh infeksi pada rahim (endometritis), yang merupakan penyebab kematian tersering pada ibu melahirkan. Selain endometritis, retensio plasenta dan kantong air ketuban yang masih tersisa di dalam rahim juga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan sekunder. Pasalnya, plasenta atau kantong air ketuban yang masih tersisa di dalam rahim dapat membuat rahim tidak bisa berkontraksi secara normal untuk menghentikan perdarahan.

Berikut merupakan beberapa faktor yang membuat wanita berisiko mengalami perdarahan tidak normal pasca persalinan, yaitu:

  1. Ibu melahirkan anak kembar
  2. Ibu mengalami plasenta previa
  3. Ibu melahirkan bayi dengan berat badan di atas 4000 gram (4 kg)
  4. Ibu mengalami perdarahan pada kehamilan sebelumnya
  5. Ibu dengan berat badan berlebih atau obesitas
  6. Usia ibu lebih dari 40 tahun saat melahirkan
  7. Ibu mengalami preeklamsia
  8. Ibu mengalami anemia saat hamil
  9. Ibu menjalani persalinan dengan operasi caesar
  10. Ibu menjalani persalinan dengan induksi
  11. Ibu menjalani proses persalinan lebih dari 12 jam

 

Gejala dari Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan yang normal ditandai dengan keluarnya darah lokia berwarna merah terang yang dalam beberapa hari usai melahirkan akan berubah menjadi merah muda dan cokelat. Umumnya, perdarahan ini akan berhenti secara bertahap dalam waktu 3–6 minggu.

Darah yang keluar pada perdarahan pasca persalinan tidak normal umumnya disertai dengan keluarnya bekuan darah yang ukurannya bisa lebih besar dari bola golf. Wanita yang mengalami perdarahan tidak normal juga dapat merasakan beberapa gejala di bawah ini:

  1. Sakit kepala, seperti mau pingsan
  2. Demam
  3. Lemas
  4. Jantung berdebar
  5. Sesak napas
  6. Berkeringat
  7. Gelisah atau bingung
  8. Nyeri perut
  9. Nyeri saat buang air kecil
  10. Nyeri panggul
  11. Darah berbau menyengat

Waspadai gejala-gejala tersebut, terlebih bila disertai dengan turunnya tekanan darah. Pasalnya, hal itu dapat menjadi pertanda akan terjadi syok hipovolemik yang dapat mengancam nyawa.

Hubungi dokter jika perdarahan yang terjadi cukup parah, ditandai dengan penuhnya pembalut kurang dari 1 jam, atau perdarahan tidak kunjung mereda setelah beberapa hari.

Pemeriksaan juga perlu dilakukan jika ibu mengalami gejala berikut:

  1. Muncul tanda infeksi, seperti keluarnya cairan berbau dari vagina atau luka operasi, menggigil, dan demam hingga suhu tubuh di atas 38oC
  2. Darah yang keluar berwarna merah cerah dan kental pada minggu kedua
  3. Salah satu atau kedua sisi perut terasa lunak
  4. Pusing atau merasa ingin pingsan
  5. Detak jantung tidak beraturan dan bertambah cepat
  6. Gumpalan darah yang keluar sangat besar atau banyak

Segera cari pertolongan medis jika darah yang keluar sangat banyak hingga menimbulkan gejala syok, seperti:

  1. Sakit kepala
  2. Tubuh lemas
  3. Jantung berdebar (palpitasi)
  4. Sesak napas
  5. Berkeringat
  6. Gelisah
  7. Bingung atau linglung

 

Diagnosis untuk Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan memang membutuhkan diagnosis yang cepat, sehingga biasanya dokter kandungan akan mengawali proses diagnosis dengan pemeriksaan fisik. Dalam pemeriksaan fisik, bila jalan lahir masih terbuka, dokter mungkin akan memasukkan kepalan tangannya ke dalam rahim pasien untuk merasakan kekuatan otot rahim dan memeriksa apakah masih terdapat sisa plasenta atau robekan pada rahim.

Bila dengan pemeriksaan fisik tidak cukup untuk menentukan penyebab perdarahan pasca persalinan, dapat dilakukan pemeriksaan penunjang, seperti USG panggul, untuk melihat sumber perdarahan. Pemeriksaan darah juga dapat dilakukan untuk mengetahui kemungkinan adanya gangguan pembekuan darah serta memperkirakan jumlah darah yang hilang untuk kebutuhan transfusi darah.

Pengobatan Perdarahan Pasca Persalinan

Langkah awal yang akan dilakukan dokter untuk menangani perdarahan pasca persalinan adalah tindakan untuk menyelamatkan nyawa pasien, terutama bila terjadi syok hipovolemik. Pasalnya, syok dapat membuat kerja organ tubuh berhenti dengan cepat. Dokter dapat memberikan cairan infus atau transfusi darah untuk mengganti darah yang hilang. Setelah kondisi pasien stabil, dokter akan berupaya mengendalikan perdarahan sesuai penyebabnya.

Berikut ini adalah beberapa metode yang akan dilakukan dokter untuk menangani perdarahan pasca persalinan:

  • Memijat rahim. Jika perdarahan terjadi karena otot rahim lemas, dokter akan memijat rahim pasien untuk merangsang kontraksi, sehingga perdarahan dapat berhenti. Dokter juga dapat memberikan obat oksitosin untuk memicu kontraksi rahim. Pemberian oksitosin dapat dilakukan melalui dubur, infus, atau disuntikkan langsung ke otot.
  • Menekan pembuluh darah dengan balon khusus. Jika perdarahan disebabkan oleh luka robekan, dokter dapat memasukkan kasa atau balon yang kemudian dikembangkan di dalam rahim. Tujuannya agar pembuluh darah di tempat terjadinya perdarahan tertekan, sehingga darah dapat berhenti keluar.
  • Mengeluarkan jaringan sisa plasenta dengan tindakan kuret. Untuk kasus perdarahan yang terjadi akibat jaringan plasenta yang masih tertinggal di dalam rahim (retensio plasenta), dokter dapat melakukan tindakan kuret untuk mengeluarkan jaringan tersebut.
  • Meresepkan antibiotik. Pada kasus perdarahan pasca persalinan akibat infeksi, penanganannya akan dilakukan dengan pemberian antibiotik.

Apabila perdarahan belum berhenti, dokter dapat melakukan tindakan operasi. Dalam beberapa kasus, operasi embolisasi atau penyumbatan pembuluh darah dapat dilakukan untuk menghentikan perdarahan. Jika diperlukan, mungkin akan disarankan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi, meski tindakan ini jarang dilakukan.

Setelah perdarahan berhenti, pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mendapat pemantauan penuh hingga kondisinya dinyatakan stabil. Bila memang perlu, pasien akan dirawat di ruang ICU. Pemantauan yang dilakukan meliputi pengukuran denyut nadi, tekanan darah, laju pernapasan, suhu badan, dan jumlah urine yang keluar, serta pemeriksaan hitung darah lengkap. Pemantauan tersebut tidak hanya dilakukan setelah perdarahan berhenti, tetapi sejak awal secara berkala selama dokter berusaha menghentikan perdarahan.

 

Komplikasi Pada Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pascamelahirkan dapat menimbulkan beberapa komplikasi serius, yaitu:

  • Syok hipovolemik (ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup ke tubuh akibat adanya kekurangan volume darah)
  • Disseminated intravascular coagulation (DIC), yaitu penggumpalan darah secara meluas di seluruh tubuh
  • Gagal ginjal akut
  • Acute respiratory distress syndrome (sindrom gangguan pernapasan akut)
  • Gagal berfungsinya berbagai organ tubuh, bisa karena syok maupun DIC
  • Kematian

 

Pencegahan Terjadinya Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan bisa bersifat normal, namun bisa juga abnormal. Mengingat perdarahan abnormal dapat disebabkan oleh banyak hal, maka sulit untuk bisa sepenuhnya mencegah kondisi ini terjadi. Upaya terbaik yang dapat dilakukan adalah rutin memeriksakan kandungan ke dokter kandungan. Dengan begitu, dokter dapat mengetahui apakah ibu termasuk yang berisiko mengalami perdarahan abnormal, sehingga dokter bisa memberikan dan mempersiapkan penanganan sebelum, saat, dan setelah proses persalinan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *