Kondisi Ibu Hamil yang Tidak Diperbolehkan Melakukan Hubungan Seksual

Posted on

Hubungan Seksual saat Hamil

Meski ibu sedang dalam masa kehamilan, melakukan hubungan seksual bukanlah suatu yang dilarang. Tetapi, ada beberapa kondisi ibu hamil yang memang dianjurkan untuk tidak melakukan hubungan seksual guna menjaga kesehatan janin dan ibu.

Melakukan hubungan seksual saat hamil sebenarnya aman dan boleh dilakukan, asalkan kehamilan yang ibu jalani dalam keadaan sehat dan normal. Selama ibu hamil tidak mengalami gangguan kesehatan, hubungan seks tidak akan menyakiti janin atau membawa dampak negatif untuk ibu hamil. Justru hubungan seks saat hamil dapat memberikan manfaat bagi ibu hamil dan pasangan, yaitu meningkatkan keharmonisan dan mengurangi stres selama hamil. Hubungan seksual juga merupakan salah satu bentuk olahraga yang baik untuk ibu hamil. Meski diperbolehkan hubungan seks saat hamil, faktanya ada beberapa kondisi ibu hamil yang dilarang untuk berhubungan seksual karena bisa membahayakan sang ibu dan janin.

 

Kondisi Ibu Hamil yang Dilarang Berhubungan Seksual

Berikut merupakan beberapa kondisi ibu hamil yang sebaiknya mengurangi atau bahkan tidak melakukan hubungan seksual:

  • Ibu yang pernah melahirkan prematur

Disebut melahirkan prematur ialah kondisi ketika ibu hamil bersalin di usia kehamilan kurang dari 37 minggu atau belum cukup bulan. Penyebabnya pun sangat beragam, mulai dari infeksi, kelainan genetik pada janin, gangguan rahim atau leher rahim, gangguan tumbuh kembang janin, kekurangan nutrisi, hingga stres berat. Ibu hamil yang memiliki riwayat persalinan prematur, kemungkinan bisa mengalaminya kembali. Oleh karena itu, jika ibu hamil memiliki riwayat melahirkan secara prematur, dokter atau bidan mungkin akan melarang ibu hamil dan pasangan untuk berhubungan seksual guna mengurangi risiko terjadinya hal tersebut kembali lagi.

  • Kondisi ibu hamil yang berisiko tinggi mengalami keguguran

Keguguran adalah berakhirnya kehamilan dengan dikeluarkannya janin (fetus) atau embrio sebelum memiliki kemampuan untuk bertahan hidup di luar rahim, yakni di usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau dalam trimester pertama, sehingga menyebabkan kematiannya. Penyebab terjadinya keguguran juga sangat beragam, yaitu kelainan genetik pada janin, infeksi selama kehamilan, efek samping obat-obatan, masalah pada rahim, atau penyakit tertentu, seperti diabetes. Keguguran juga bisa terjadi kembali, jika ibu hamil pernah mengalami kondisi ini sebelumnya. Jika ibu hamil mengaIami kondisi tertentu yang berisiko menyebabkan keguguran, dokter atau bidan mungkin akan menganjurkan ibu hamil dan pasangan untuk tidak berhubungan seksual selama kehamilan.

  • Ibu hamil yang memiliki gangguan plasenta

Ibu hamil yang mengalami gangguan plasenta, seperti plasenta previa dan solusio plasenta, umumnya dilarang atau dianjurkan untuk membatasi hubungan seksual. Hal itu dilakukan karena orgasme dapat merangsang kontraksi rahim, sehingga berisiko menyebabkan perdarahan vagina saat hamil. Ketika hal ini terjadi, kondisi ibu hamil dan janin bisa bermasalah.

  • Ibu yang mengalami perdarahan vagina

Perdarahan selama kehamilan, khususnya pada trimester pertama merupakan hal yang cukup umum terjadi pada sebagian ibu hamil. Biasanya kondisi ini tidak perlu dikhawatirkan, karena perdarahan di awal kehamilan mungkin menandakan terjadinya implantasi atau menempelnya embrio (bakal janin) ke dinding rahim. Namun, perdarahan saat hamil juga bisa menjadi tanda adanya kondisi serius yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin, terutama jika perdarahan tidak kunjung berhenti atau disertai nyeri berat pada rahim. Untuk mengetahui penyebab pasti perdarahan vagina yang ibu hamil alami, ibu hamil perlu memeriksakan kandungan ke dokter atau bidan. Jika perdarahan tersebut merupakan hal yang berbahaya, dokter atau bidan mungkin akan menganjurkan ibu hamil untuk tidak berhubungan seksual sementara waktu, karena bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran.

  • Kondisi ibu hamil yang memiliki gangguan serviks

Berhubungan seksual ketika memiliki gangguan serviks atau leher rahim, misalnya leher rahim lemah atau pendek, bisa membahayakan kehamilan sewaktu-waktu. Oleh karena itu, ibu hamil yang memiliki gangguan pada serviks sebaiknya tidak berhubungan seksual guna mencegah terjadinya keguguran atau persalinan prematur.

 

Berhubungan seksual saat hamil bukanlah hal yang harus dihindari, asalkan kondisi ibu hamil dan janin sehat. Namun, jika ibu hamil mengalami salah satu atau beberapa kondisi yang telah dijelaskan di atas, ada baiknya ibu hamil dan pasangan menundanya. Yang perlu diingat bahwa kesehatan ibu hamil dan janin adalah hal yang sangat penting dan perlu menjadi prioritas untuk saat ini. Guna meningkatkan keintiman selama kehamilan, ada cara yang bisa ibu hamil dan pasangan lakukan selain berhubungan seksual, yakni menghabiskan lebih banyak waktu bersama untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan, seperti menonton film, memasak, membaca buku, atau berolahraga.

Apabila tidak memiliki kondisi pada ibu hamil yang dilarang melakukan hubungan seksual, ibu hamil boleh saja tetap berhubungan seksual dengan pasangan. Namun, jika ibu hamil masih ragu, jangan sungkan untuk bertanya kepada dokter kandungan ataupun bidan mengenai keamanannya terhadap kondisi kehamilan ibu hamil. Mereka pasti akan memberikan anjuran terbaik untuk ibu dan pasangan mengenai hubungan seksual saat hamil, tentunya berdasarkan kondisi dan keadaan ibu dan janin.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *