Endometriosis/ Penyakit Pada Sistem Reproduksi Wanita Serta Cara Penanganannya

Posted on

Pengertian endometriosis

Endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi wanita. Kondisi ini dapat menyebabkan jaringan dari lapisan dalam dinding rahim tumbuh di luar rongga rahim. Endometriosis terjadi saat jaringan endometrium tumbuh di luar rahim. Jaringan yang disebut endometrium ini dapat tumbuh di indung telur, usus, tuba falopi (saluran telur), vagina, atau di rektum (bagian akhir usus yang terhubung ke anus).

Sebelum menstruasi, endometrium akan menebal sebagai tempat untuk menempelnya sel telur yang sudah dibuahi. Bila tidak dalam kondisi hamil, endometrium tersebut akan luruh, lalu keluar dari tubuh sebagai darah menstruasi. Pada kasus endometriosis, jaringan endometrium di luar rahim tersebut juga ikut menebal, tetapi tidak dapat luruh dan keluar dari tubuh. Kondisi tersebut dapat menimbulkan keluhan nyeri, bahkan dapat menyebabkan kemandulan atau infertilitas wanita.

 

Tingkatan pada endometriosis

Endometriosis terbagi menjadi empat tingkatan, yang tergantung kepada lokasi, jumlah, ukuran, dan kedalaman lapisan endometrium. Berikut ini adalah empat tingkatan endometriosis dan ciri-cirinya:

  • Endometriosis minimal. Muncul jaringan endometrium yang kecil dan dangkal di indung telur. Peradangan juga dapat terjadi di sekitar rongga panggul.
  • Endometriosis ringan. Terdapat jaringan endometrium yang kecil dan dangkal di indung telur dan dinding panggul.
  • Endometriosis menengah. Terdapat beberapa jaringan endometrium yang cukup dalam di indung telur.
  • Endometriosis berat. Terdapat jaringan endometrium yang dalam di indung telur, dinding panggul, saluran indung telur, dan usus.

 

Gejala endometriosis

Gejala utama endometriosis adalah nyeri hebat pada perut bagian bawah dan sekitar panggul, yang berhubungan dengan menstruasi. Meski pada umumnya wanita akan merasakan nyeri haid, namun nyeri pada wanita dengan endometriosis terasa jauh lebih parah, dan dapat meningkat seiring waktu.

Gejala lain dari endometriosis meliputi:

  • Kram perut, satu hingga dua pekan selama menstruasi
  • Volume darah yang berlebihan saat menstruasi
  • Sakit di punggung bagian bawah selama menstruasi
  • Perdarahan di luar siklus menstruasi
  • Dispareunia (Nyeri berulang yang terus berlanjut pada alat kelamin dan terjadi sebelum, saat, atau sesudah berhubungan seks)
  • Sakit saat buang air besar atau buang air kecil
  • Diare, kembung, mual, sembelit, dan mudah lelah selama menstruasi
  • Mandul

 

Penyebab endometriosis

Belum diketahui pasti apa yang menjadi penyebab terjadinya endometriosis. Namun demikian, para ahli menduga endometriosis dipicu oleh beberapa kondisi berikut:

  • Retrograde menstruation. Retrograde menstruation adalah kondisi di mana aliran darah menstruasi berbalik arah. Pada kondisi ini, darah menstruasi tidak mengalir ke luar tubuh melalui vagina, tetapi masuk ke rongga panggul melalui tuba falopi (saluran indung telur). Sel endometrium dalam darah menstruasi tadi akan menempel pada dinding panggul dan permukaan organ panggul. Sel-sel tersebut kemudian akan terus tumbuh, menebal, dan menyebabkan perdarahan selama siklus menstruasi.
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh. Ada dugaan bahwa terdapat kegagalan sistem kekebalan tubuh, sehingga tidak dapat menghancurkan sel endometrium yang secara keliru tumbuh di luar rahim.
  • Perubahan sel yang belum matang. Sel yang belum matang ini dapat berubah menjadi sel endometrium, salah satunya dipengaruhi oleh hormon estrogen.
  • Perubahan sel peritonium. Sel peritonium adalah sel yang melapisi bagian dalam perut. Diduga sel peritonium dapat berubah menjadi sel endometrium bila dipengaruhi hormon atau sistem kekebalan tubuh.
  • Perpindahan sel endometrium. Sel endometrium dapat berpindah ke bagian tubuh lain melalui darah atau sistem limfatik.
  • Prosedur bedah. Operasi caesar dan histerektomi dapat menyebabkan sel endometrium menempel di area bekas sayatan.

 

Faktor resiko endometriosis

Berikut beberapa faktor yang meningkatkan seseorang bisa mengidap endometriosis, yaitu:

  • Berusia antara 25-40 tahun
  • Riwayat endometriosis pada ibu, bibi, atau saudara perempuan
  • Belum pernah melahirkan
  • Mengalami kelainan rahim
  • Menderita kondisi medis tertentu yang dapat menghalangi jalur darah menstruasi
  • Memiliki gangguan pada sistem imun.
  • Mengonsumsi minuman beralkohol
  • Memiliki vagina, leher rahim, atau rahim dengan bentuk abnormal yang membuat mentruasi bisa terhambat.
  • Mulai menstruasi pada usia yang terlalu muda
  • Siklus menstruasi yang singkat, misalnya kurang dari 27 hari
  • Mengalami menopause pada usia yang lebih tua dari batas normal.

 

Diagnosis endrometriosis

Dokter dapat menduga pasien menderita endometriosis bila terdapat sejumlah gejala yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun untuk memastikannya, dokter akan melakukan laparoskopi. Dalam laparoskopi, dokter akan memberi bius umum atau setengah badan pada pasien, kemudian membuat beberapa sayatan kecil di sekitar area pusar. Selanjutnya, dokter akan memasukkan tabung kecil yang dilengkapi kamera (laparoskop) untuk melihat bagian dalam perut pasien. Melalui laparoskopi, dokter dapat mengambil sampel jaringan (biopsi) untuk diteliti di laboratorium.

Laparoskopi adalah satu-satunya metode yang digunakan untuk mendiagnosis endometriosis. Selain untuk mendiagnosis, laparoskopi juga dapat digunakan sebagai metode pengobatan.

 

Pengobatan Endometriosis

Pengobatan endometriosis bertujuan untuk mengurangi gejala, memperlambat pertumbuhan jaringan endometrium di luar rahim, meningkatkan kesuburan, dan mencegah endometriosis kambuh. Metode pengobatan meliputi pemberian obat, terapi hormon, dan prosedur bedah, tergantung kepada tingkat keparahan gejala dan apakah masih ada keinginan untuk mempunyai keturunan.

  • Obat-obatan. Dokter akan memberikan obat pereda nyeri untuk mengurangi gejala nyeri pada endometriosis, yaitu obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diclofenac atau ibuprofen.
  • Terapi hormon. Terapi hormon bertujuan untuk memperlambat pertumbuhan jaringan endometriosis, dengan membatasi atau menghentikan produksi hormon estrogen. Meskipun demikian, terapi hormon tidak dapat meningkatkan kesuburan dan mencegah komplikasi seperti adhesi atau perlengketan. Terapi hormon yang digunakan untuk mengobati endometriosis, antara lain adalah:
    1. Kontrasepsi hormonal. Pil KB, KB implan, KB suntik, atau spiral (IUD) dapat menghambat proses penebalan jaringan endometrium hingga menghentikan menstruasi, sehingga nyeri yang dirasakan bisa berkurang.
    2. Obat penghambat aromatase. Misalnya anastrozole, exemestane, dan letrozole, berfungsi untuk menurunkan kadar hormon estrogen dalam tubuh.
    3. Analog hormon pelepas gonadotropin (Gn-RH). Obat ini memicu kondisi yang menyerupai menopause, dengan menghambat produksi hormon estrogen. Akibatnya, menstruasi menjadi terhenti dan ukuran endometriosis akan mengecil.
    4. Progestogen. Progestogen adalah hormon sintetis yang menyerupai progesteron. Obat ini mencegah proses ovulasi, yaitu keluarnya sel telur dari ovarium ke tuba falopi, sehingga memicu penyusutan endometriosis. Salah satu contoh obat dengan kandungan progesteron sintetis adalah norethisterone.
    5. Danazol. Merupakan obat yang menyerupai testosteron, dan bekerja dengan menurunkan produksi hormon yang dihasilkan indung telur, yaitu estrogen dan progesteron, sehingga mewujudkan kondisi serupa menopause.
  • Prosedur Operasi. Operasi akan dilakukan bila metode di atas sudah tidak efektif dalam mengobati endometriosis. Sejumlah prosedur untuk mengatasi endometriosis adalah:
    1. Laparoskopi. Pada pasien endometriosis yang masih ingin memiliki keturunan namun merasakan nyeri parah, dokter akan menyarankan prosedur laparoskopi atau operasi lubang kunci. Melalui laparoskopi, dokter dapat mengangkat jaringan endometriosis, dan bisa juga membakar jaringan tersebut menggunakan laser atau arus listrik.
    2. Laparotomi. Laparotomi dilakukan bila endometriosis sudah sangat parah dan ukurannya cukup besar. Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan lebar di area perut, agar dokter dapat mengakses organ yang terkena dan mengangkat jaringan endometriosis.
    3. Histerektomi. Histerektomi adalah operasi pengangkatan rahim, serviks, dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium akan memicu menopause dini. Namun demikian, histerektomi juga tidak menjamin endometriosis tidak akan kambuh.

Perlu diketahui bahwa prosedur ini hanya dilakukan sebagai pilihan terakhir. Hal ini karena pasien yang menjalani histerektomi tidak bisa hamil lagi, serta memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita penyakit jantung dan pembuluh darah. Oleh karena itu, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter kandungan sebelum memutuskan menjalani histerektomi.

 

Cara mencegah endometriosis

  • Perhatikan kesehatan makanan

Cara mencegah penyakit endometriosis yang pertama adalah dengan pola makan sehat. Asupan makanan yang tepat mampu membantu mengatasi peradangan dan rasa sakit yang disebabkan karena endometriosis. Mengonsumsi sayur dan buah yang mengandung banyak macam vitamin dan antioksidan seperti vitamin A, vitamin C, dan beta-karoten yang baik untuk tubuh. Selain sayur dan buah, pilih menu dengan kandungan omega-3 yang tinggi, seperti ikan tuna, ikan salmon, ikan sarden, atau telur. Jadi makanan sangat perlu diperhatikan dalam hal ini.

  • Olahraga Teratur

Berolahraga dengan teratur dapat mengurangi nyeri menstruasi akibat endometriosis. Selain itu, berolahraga bagi penderita endometriosis juga bisa melancarakan sirkulasi darah ke organ tubuh, menjaga nutrisi dan aliran oksigen ke sistem dalam tubuh, mengurangi stress, serta memicu hormon endorfin dalam otak yang dapat mengurangi rasa sakit. Para wanita yang rajin berolahraga akan lebih kecil kemungkinannya terserang penyakit endometriosis ini.

  • Menghindari Stres

Mengelola stres merupakan salah satu hal penting yang harus dilakukan dalam mencegah dan mengatasi endometriosis. Melakukan relaksasi otot, dan gerakan-gerakan yoga bisa membantu kamu menghindari stress. Gejala penyakit ini dapat menjadi lebih berat bila seseorang merasa stres. Bila perubahan gaya hidup belum bisa mengatasi masalah yang dirasakan, konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut serta pilihan terapi yang cocok.

 

Komplikasi yang terjadi bila mengalami endometrisosi

Endometriosis yang dibiarkan berkembang tanpa diobati dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Gangguan kesuburan atau infertilitas. Endometriosis dapat menutupi tuba falopi, sehingga menghalangi sel telur bertemu dengan sperma. Pada kasus yang jarang terjadi, penyakit ini dapat merusak sel telur dan sperma. Sepertiga hingga setengah penderita endometriosis diketahui menderita gangguan kesuburan. Meski demikian, wanita dengan endometriosis ringan sampai sedang masih berpeluang untuk hamil. Dokter akan menyarankan penderita tidak menunda untuk memiliki anak, sebelum kondisinya makin serius.
  • Kanker ovarium. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa risiko terserang kanker ovarium (indung telur) sedikit meningkat pada penderita endometriosis. Selain kanker ovarium, wanita dengan riwayat endometriosis juga berisiko terserang kanker endometrium, meski sangat jarang terjadi.
  • Adhesi. Jaringan endometriosis dapat membuat sejumlah organ tubuh saling menempel. Sebagai contoh, kandung kemih dan usus dapat melekat ke rahim.
  • Kista ovarium. Kista ovarium adalah kantong berisi cairan yang tumbuh pada ovarium. Kondisi ini terjadi bila jaringan endometriosis terletak di dalam atau di dekat ovarium. Pada sejumlah kasus, kista dapat membesar dan menimbulkan nyeri parah.

Jadi sebaiknya untuk para ladies, tidak ada salah jika rutin memeriksakan diri ke dokter kandungan mengenai organ reproduksi wanita. Hal tersebut demi menghindari terjadinya kelainan-kelainan yang tidak diinginkan yang dapat berakibat fatal dikemudian hari.

Terimakasi

Selamat membaca, semoga bermanfaat.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *