Kontrasepsi Mantap Vasektomi Pada Pria Untuk Mencegah Kehamilan

Posted on

Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk laki-laki yang memang tidak ingin memiliki anak lagi. Vasektomi merupakan prosedur kontrasepsi pada pria yang dilakukan dengan cara memutus penyaluran sperma ke air mani. Dengan demikian, air mani tidak akan mengandung sperma, sehingga kehamilan dapat dicegah. Prosedur vasektomi dilakukan melalui operasi bedah minor dengan pemberian anastesi lokal pada area testis dan skrotum. Dalam prosedur ini, saluran yang dilalui sperma dari testis akan dipotong dan diikat guna mencegah sperma mencapai air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi ketika berhubungan seksual.

Vasektomi disebut juga sebagai sterilisasi atau kontrasepsi permanen pada pria. Prosedur ini memiliki risiko komplikasi yang relatif lebih kecil, tidak menghabiskan banyak waktu untuk pemulihan, dan sangat efektif untuk mencegah kehamilan. Sebelum melakukan prosedur ini, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk memastikan apakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.

Vasektomi dapat dilakukan kepada pasien yang tidak berkeinginan memiliki anak lagi. Metode kontrasepsi ini realtif membutuhkan waktu perawatan di rumah sakit lebih singkat. Meski demikian, sebaiknya keputusan untuk melakukan vasektomi merupakan kesepakatan bersama dengan pasangan. Hal tersebut dikarenakan operasi membuka kembali saluran sperma tidak selalu berhasil dilakukan.

Kondisi yang Tidak Boleh Melakukan Vasektomi

Vasektomi dapat dilakukan pada pria usia berapa saja. Meski demikian, dokter biasanya tidak menganjurkan metode ini untuk pria berusia di bawah 30 tahun dan belum memiliki anak. Pertimbangan khusus juga perlu diberikan pada pria dengan kondisi medis tertentu, seperti:

  • Sedang mengonsumsi obat antikoagulan dan antiplatelet, seperti warfarin atau aspirin
  • Menderita infeksi kulit akut akibat kecelakaan atau memiliki luka parut pada skrotum
  • Memiliki kelainan anatomi pada organ reproduksi, seperti varikokel atau hidrokel yang besar
  • Menderita kelainan darah atau perdarahan yang berlebihan
  • Memiliki alergi atau sensitif terhadap anastesi lokal atau antibiotik
  • Pernah menjalani operasi pada alat kelamin
  • Mengalami infeksi saluran kemih atau infeksi kelamin yang berulang

Perlu diingat bahwa vasektomi tidak dapat mencegah penyakit infeksi menular seksual. Oleh karena itu, tetap lakukan hubungan seksual dengan cara yang aman, yaitu dengan menggunakan kondom atau tidak bergonta-ganti pasangan.

 

Syarat-Syarat Melakukan Vasektomi

Sebelum melakukan vasektomi, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh kepada pasien. Dokter akan menanyakan alasan pasien ingin melakukan vasektomi dan kesiapan pasien terhadap prosedur tersebut, guna mencegah penyesalan di kemudian hari. Selain itu, dokter juga akan menjelaskan seputar prosedur vasektomi, mulai dari persiapan hingga komplikasi yang mungkin terjadi.

Dokter akan meminta pasien untuk melakukan beberapa hal berikut:

  • Tidak mengonsumsi obat pengencer darah, seperti aspirin atau warfarin, selama 7 hari sebelum vasektomi
  • Membersihkan alat kelamin dan mencukur bulu kelamin di seluruh skrotum 1 hari sebelum vasektomi dilakukan
  • Menghindari konsumsi makanan berat dan mengganti dengan kudapan ringan sebelum vasektomi
  • Membawa pakaian dalam yang ketat untuk dipakai setelah vasektomi, guna menopang skrotum dan mengurangi pembengkakan yang terjadi
  • Mengajak seseorang untuk menemani dan mengantar pulang setelah vasektomi

Vasektomi dapat dilakukan di rumah sakit atau klinik. Prosedur ini dapat dilakukan oleh dokter bedah umum atau dokter spesialis urologi. Waktu pelaksanaan prosedur vasektomi berkisar antara 10–30 menit. Untuk melakukan vasektomi, terdapat dua teknik bedah yang bisa dilakukan, yaitu teknik konvensional dan teknik tanpa pisau bedah. Berikut penjelasannya:

  • Teknik konvensional

Berikut ini adalah tahapan prosedur vasektomi menggunakan teknik konvensional:

  1. Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area testis dan skrotum.
  2. Dokter akan membuat sayatan 1–2 sayatan kecil di sisi skrotum, sehingga dokter dapat menjangkau saluran sperma (vas deferens).
  3. Setelah itu, kedua saluran sperma dipotong dan ujung masing-masing saluran dijahit atau ditutup menggunakan diathermy (alat perekat dengan pemanasan suhu tinggi).
  4. Kemudian, masing-masing sayatan akan dijahit dengan benang yang dapat diserap kulit.
  • Teknik tanpa pemotongan saluran sperma atau tanpa pisau bedah

Pada vasektomi dengan teknik tanpa pemotongan saluran sperma, tahapan prosedurnya adalah sebagai berikut:

  1. Pasien akan dibius terlebih dahulu dengan bius lokal di area testis dan skrotum.
  2. Dokter akan menjepit saluran sperma (vas deferens) di bawah kulit skrotum dari luar dengan klem (penjepit).
  3. Setelah itu, dokter akan membuat lubang kecil pada kulit di atas saluran sperma.
  4. Dokter akan membuka lubang tersebut dengan menggunakan sepasang alat penjepit khusus untuk menjangkau saluran sperma.
  5. Saluran sperma dilubangi sedikit untuk memasukkan jarum kauter.
  6. Jarum kauter dimasukkan ke dalam saluran sperma, lalu dialiri listrik sambil perlahan-lahan ditarik ke luar. Tujuannya adalah agar permukaan dalam saluran sperma mengalami luka bakar yang kemudian akan menyumbat saluran sperma.

Perdarahan dan rasa nyeri pada vasektomi tanpa pemotongan saluran sperma lebih ringan daripada teknik vasektomi konvensional. Selain dengan kauter, penyumbatan saluran sperma tanpa harus dipotong juga dapat dilakukan dengan pemasangan vasclip. Akan tetapi, metode ini kurang efektif bila dibandingkan dengan vasektomi menggunakan kauter maupun vasektomi konvensional.

 

Pasca Vasektomi

Selama 1–2 jam setelah vasektomi, pasien masih dapat merasakan efek pembiusan pada skrotum. Setelah efek bius hilang, pasien mungkin akan merasa sedikit nyeri dan bengkak yang umumnya akan menghilang dalam waktu beberapa hari. Guna meredakan nyeri dan bengkak, pasien dianjurkan untuk mengompres skrotum dengan kantong es setidaknya selama 36 jam, beristirahat selama 24 jam, dan menggunakan perban atau pakaian dalam yang ketat untuk menyangga skrotum setidaknya selama 48 jam usai vasektomi. Jika diperlukan, obat pereda nyeri, seperti paracetamol, juga dapat dikonsumsi.

Beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan dan dilakukan setelah vasektomi adalah:

  1. Menjaga kebersihan diri dengan mandi setelah operasi dan mengeringkan daerah bekas operasi secara perlahan
  2. Memulai aktivitas normal secara bertahap setelah 2–3 hari usai prosedur vasektomi
  3. Menghindari kegiatan berat, seperti berolahraga atau mengangkat beban, selama 3 hari setelah vasektomi, karena dapat menyebabkan nyeri atau perdarahan di dalam skrotum
  4. Menggunakan kontrasepsi lain untuk mencegah kehamilan, karena biasanya sperma masih tersisa di dalam saluran vas deferens hingga 15–20 ejakulasi
  5. Tidak melakukan hubungan seks dulu selama beberapa hari setelah vasektomi, hingga rasa nyerinya hilang
  6. Melakukan tes setidaknya 12 minggu setelah vasektomi untuk memastikan air mani bersih dari sperma
  7. Menggunakan kondom ketika berhubungan seks, karena vasektomi tidak dapat mencegah infeksi menular seksual

 

Komplikasi dari Vasektomi

Meski jarang terjadi, vasektomi dapat menimbulkan beberapa komplikasi, seperti:

  1. Infeksi pada luka bekas sayatan
  2. Pengumpulan darah (hematoma) di dalam skrotum
  3. Granuloma sperma
  4. Testis terasa penuh
  5. Nyeri pada testis

Jika merasakan salah satu dari gejala di atas, sebaiknya segera periksakan diri ke dokter. Agar mendapatkan penanganan yang tepat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *